TUJUAN INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN MENURUT BLOOM
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi seoarang guru. Dengan pemahaman ini guru akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas apakah tujuan intruksional pengajaran yang diasuhnya lebih bersifat kognitif, dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotorik.
Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan apakah suatu proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak
Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan apakah suatu proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak
Dalam menentukan dan merumuskan tujuan instruksional, guru seringkali membatasi dirinya hanya menggunakan keterampilan atau kemampuan berfikir yang rendah, seperti kemampuan mengingat (recall). Contoh tujuan instruksional yang berorientasi pada ingatan ini misalnya “menyebutkan difinisi ......” dan semacamnya. Sedangkan kemampuan berfikir yang lebih tinggi, seperti “menjelaskan hubungan dan pengaruh ..... “ jarang digunakan.
Disamping itu, guru juga lebih banyak menggunakan tujuan yang bersifat kognitif atau psikomotorik dibandingkan yang bersifat afektif. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan instruksional.
Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
Disamping itu, guru juga lebih banyak menggunakan tujuan yang bersifat kognitif atau psikomotorik dibandingkan yang bersifat afektif. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan instruksional.
Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
- Perlu adanya kejelasan terminologi yang digunakan dalam tujuan instruksional sebab
tujuan instruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
- Sebagai alat yang akan membentuk gurub dalam mendeskripsikan dan menyusun
- Sebagai alat yang akan membentuk gurub dalam mendeskripsikan dan menyusun
tes, teknik penilaian dan evaluasi.
Kawasan Tujuan Instruksional
Kawasan Tujuan Instruksional
Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu yang bersifat :
- Kognitif, tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses instruksional.
- Afektif, tujuan afektif yang berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati (attitude)” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu ”memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif ini disebutkan sebagai : minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi.
- Psikomotor, tujuan psikomotor berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dalam literatur tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungkan dengan “latihan menulis”, berbicara, berolahraga, serta pelajaran yang berhubungan keterampilan teknis
BAB II
PENJELASAN TEORITIS
1. Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Bloom
Taksonomi Bloom (1956) sangat terkenal di Indonesia, bahkan tampaknya yang paling terkenal dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif kedalam enam kategori. Keenam kategori ini mencakup kompetensi keterampilan intelektual yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai dengan yang paling kompleks (tingkat evaluasi).
Keenam kategori ini diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level yang lebih rendah.
1. Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Bloom
Taksonomi Bloom (1956) sangat terkenal di Indonesia, bahkan tampaknya yang paling terkenal dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif kedalam enam kategori. Keenam kategori ini mencakup kompetensi keterampilan intelektual yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai dengan yang paling kompleks (tingkat evaluasi).
Keenam kategori ini diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level yang lebih rendah.
Keenam tingkatan tersebut tersusun sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau symbol lain.
Contoh:
· Peserta didik dapat menyebutkan generic structure pada suatu teks
· Peserta didik dapat menggambarkan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks
naratif
2. Pemahaman (comprehension) adalah kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui, perilaku yang dapat didemontrasikan yang menunjukkan bahwa kemampuan mengerti, memahami yang telah dikuasai antara lain ialah dapat menjelaskan dengan kata-kata
sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan dan dapat mempertimbangkan kemampuankemampuan yang tergolong dalam taksonomi ini, adalah:
a. Translasi, yaitu kemampuan untuk mengikuti symbol tertentu menjadi symbol lain tanpa perubahan makna
b. Interpretasi yaitu kemampuan menjelaskan makna yang terdapat di dalam
simbol, baik symbol verbal maupun yang non verbal. Dapat menginterpretasikan konsep atau prinsip dan dapat menjelaskan secara rinci makna, dapat membandingkan, membedakan, atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain.
c. Ekstrapolasi yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau
kelanjutan dari suatu temuan.
Contoh:
- Peserta didik dapat menjelaskan tentang cara menanggulangi bahaya banjir
- Peserta didik dapat mengkaji ulang akibat bahaya narkoba
3. Penerapan (Application) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu.
Contoh:
- Peserta didik dapat mendemonstrasikan cara menendang bola
- Peserta didik dapat mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang telah dipelajari di sekolah
4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan untuk menguraikan suatu bahan (fenomena
atau bahan pelajaran) ke dalam unsur-unsurnya, kemudian menghubung hubungkan bagian dengan bagian lain disusun dan diorganisasikan.
Contoh:
- Peserta didik dapat menginventarisir kewajiban sebagai warga negara Indonesia
- Peserta didik dapat menganalisis jenis tenses yang sesuai dengan konteks
5. Syntesis (Synthesis) adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan
mengorganisasikan semua unsur atau bagian sehingga membentuk satu keseluruhan secara utuh. Dengan kata lain, kemampuan untuk menampilkan pikiran secara orisinil atau inovatif
Contoh:
- Peserta didik dapat mengumpulkan dana untuk bantuan temannya yang tertimpah musibah
- Peserta didik dapat menyiapkan bahan pelajaran yang akan didiskusikan
6. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.
Contoh:
- Peserta didik dapat memilih kegiatan sesuai dengan bakatnya dari kegiatan pilihan yang telah ditetapkan oleh sekolah
- Peserta didik dapat mengoreksi percakapannya melalui rekaman tape.
2. Taksonomi Tujuan Afektif Menurut Bloom.
Ada lima jenis tingkatan taksonomi yang terurut secara bertahap yaitu:
1. Penerimaan (Receiving/Attending), diperinci dalam tiga tahap
a. Kesiapan untuk menerima (awarness) yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi
dengan stimulus (program pengajaran, bahan bacaan, tontonan).
b. Kemauan untuk menerima (Willingness To Receives) yaitu usaha untuk
mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
mengkususkan perhatian (Controlled Or Selected Attention) pada bagian
tertentu dari stimulus yang diperhatikan.
2. Penanggapan (Responding), proses ini terdiri atas tiga tahap yaitu:
a. Kesiapan Menanggapi ( Acquiescence Of Responding)
b. Kemauan Menanggapi ( Willingness To Respond)
c. Kepuasan menanggapi (Satisfaction In Response)
3. Penilaian (Valuing) pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi yaitu proses untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Proses ini terbagi atas empat tahap sebagai berikut:
a. Menerima nilai (Acceptance Of Value)
b. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (Preference For A Value)
c. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
4. Pengorganisasian (Organization), tahap ini tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu system nilai, terdiri dari dua tahapan sebagai berikut:
a. Konseptualisasi nilai yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain atau
Menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu kebiasaan
b. Pengorganisasian system nilai, menyusun perangkat nilai dalam suatu system nilai berdasarkan tingkat preferensinya
5. Karakterisasi (Characterization) yaitu kemampuan untuk menghayati atau
mempribadikan system nilai. Proses ini terdiri dari dua tahapan yaitu.
a. Generalisasi yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu
b. Karakteristik yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi
corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan
3. Taksonomi Tujuan Psikomotorik Menurut Bloom.
Tujuan pengajaran pada kawasan psikomotorik adalah pengajaran yang
menuntut pengembangan keterampilan dalam bidang tertentu. Taksonomi
Psikomotorik dapat disederhanakan dalam lima tahap yatu:
1. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan
2. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan
3. Respon terpimpin (Guided response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap
5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil dan didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
6. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
7. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu
BAB III
SIMPULAN
Taksonomi Bloom merujuk model pengembangan peserta didik yang dititik beratkan pada tujuan pembelajaran. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Menjamin S. Bloom pada tahun 1956. Bloom membagi sasaran pengembangan peserta didik dalam tiga sisi berdasarkan tujuannya, yaitu :
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
1.1. Pengetahuan (Knowledge)
1.2. Pemahaman (Comprehension)
1.3. Aplikasi (Application)
1.4. Analisis (Analysis)
1.5.Evaluasi (Evaluation)
1.6. Sintesis (Synthesis)
2. Domain Afektif
2.1. Penerimaan (Receiving/Attending)
2.2. Tanggapan (Responding)
2.3. Penghargaan (Valuing)
2.4. Pengorganisasian (Organization)
2.5. Karakterisasi (Caracterization)
3. Domain Psikomotor
3.1. Persepsi (Perception)
3.2. Kesiapan (Set)
3.3. Respon Terpimpin (Guided Response)
3.4.Mekanisme (Mechanism)
3.5.Respon tampak yang compleks (Comples Overt Response)
3.6. Penysuaian (Adaptation)
3.7. Penciptaan (Origination)