Rabu, 25 Mei 2011

Integritas seorang guru

BAB I
PENDAHULUAN

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pedidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
Selama ini strategi pembelajaran di kelas didominasi oleh paham strukturalisme behaviorisme yang bertujuan siswa mengingat informasi yang faktual. Buku teks dirancang, siswa membaca atau di beri informasi, lalu terjadi proses memorisasi. Tujuan-tujuan pembelajaran dirumuskan sejelas mungkin untuk keperluan merekan informasi. Pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti urutan kurikulum secara ketat. Aktivitas belajar mengikuti buku teks. Tujuan pembelajaran menekankan pada penambahan pengetahuan. Dan, seseorang dikatakan telah belajar apabila ia mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajarinya.
Untuk itu, sudah waktunya kita meninggalkan pola pikir/ pembelajaran bahavioristik ke kontruktivistik . Melihat cirinya, bahaviorisme sudah tidak relevan lagi pada saat ini. Karena behaviorisme berakar dari filsafat positivisme yang percaya bahwa segala sesuatu yang diamati atau ditangkap panca indra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Sesuatu dianggap ada jika bisa diamati atau dirasakan. Belajar dipandang sebagai usaha mengajarkan berbagai disiplin limu pengetahuan terpilih sebagai pembimbing pengetahuan terbaik, seperti sejarah, bahasa, ilmu alam, matematika. Penciptaan respon dan pembiasaan dinggap paling penting. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Menurut teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan dan merevisinya apabila aturan aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide ide Teori ini berkembang dari piaget dan Vygotsky (Slavin,1994:225).

Menurut teori pembelajaran konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa liarus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang mernbawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirl yang harus memanjat anak tangga tersebut. Guru seharusnya hadir sebagai nara sumber dan seharusnya bukan menjadi penguasa kelas yang memaksakan jawaban yang benar. Siswa harus bebas membangun pemahaman increka sendiri. Solusi siswa terhadap masalah dan pertanyaan pertanyaan rnereka mencerminkan pandangan mereka.
Menurut piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya (Slavin, 1994:45). Sedangkan rnenurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas tugas yang belum dipelajari, namun tugas tugas itu masih berada dalam jangkuan kemampuannya atau tugas tugas tersebut berada dalam zone of proximal development. Zone of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Shaffer, 1996: 274 275).

Proses pembelajaran yang terjadi menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap organisme menyusun pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental dan menerapkannya dalam pembelajaran. Suatu proses aktif dalam mana organisme atau individu berinteraksi dengan lingkungannya dan mentransformasinya ke dalam pikirannya dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada dalarn pikirannya (Cobb, 1994:15).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar